Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tentang Batombe, Seni Berbalas Pantun Masyarakat Nagari Abai

Sejauh ini, tradisi balas-membalas pantun yang cukup dikenal adalah “Palang Pintu” asli masyarakat betawi. Selain itu, pulau Karimun provinsi Kepulauan Riau pun memiliki tradisi serupa yaitu saling balas-membalas pantun yang kental dengan unsur Melayu nya. Batombe yang tak lain adalah seni berbalas pantun.

Tentang Batombe, Seni Berbalas Pantun Masyarakat Nagari Abai

Kedua tradisi di atas memiliki kemiripan terutama jika dilihat dari pelaksanaannya. Baik Palang Pintu ataupun tradisi berbalas pantun asal pulau Karimun sama-sama dilaksanakan pada gelaran pesta pernikahan.

Berbeda dengan 2 tradisi di atas, masyarakat Nagari Abai punya tradisi berbalas pantun yang dinamakan “Batombe”.

Batombe adalah seni balas-membalas pantun yang berasal dari daerah Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok dan tidak ada hubungannya dengan gelaran pesta pernikahan.

Sejarah Batombe

Awal mula munculnya seni Batombe ini tidak terlepas dari tradisi pembangunan rumah gadang di Nagari Abai. Jaman dulu, wilayah Nagari Abai masih sangat sepi dan sunyi sehingga masyarakat perlu membuat sebuah rumah untuk ditinggali bersama. Dalam keadaan seperti itu, masyarakat Nagari Abai khawatir akan ancaman dari berbagai macam binatang buas dan datangnya cuaca buruk sehingga dibangunlah rumah gadang.

Di sela-sela waktu berisitirahat para pemuda yang bekerja membangun rumah gadang tersebut, diadakan sebuah pertunjukan yang selanjutnya disebut Batombe. Pertunjukan tersebut bertujuan agar mengembalikan semangat para pemuda agar kembali bekerja dengan baik.

Sebelum dilaksanakannya tradisi Batombe, masyarakat harus mengadakan penyembelihan hewan seperti kerbau, sapi atau minimal seekor kambing. Penyembelihan hewan tersebut dianggap sebagai syarat yang mengikat dan wajib dilaksanakan. Jika tidak dilakukan maka masyarakat Nagari Abai dianggap telah melanggar aturan atau berutang secara adat.

Pelaksanaan Batombe

Tradisi Batombe dimulai dengan dibacakannya sebuah pantun pembuka oleh seorang Datuk. Kemudian ada 13 pemain yang akan terlibat dalam pertunjukan ini, 10 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Mereka semua akan membentuk sebuah formasi, 12 orang akan membentuk lingkaran sedangkan satu orang lagi akan berada di tengah lingkaran dan menari di dalamnya.

Pertunjukan ini akan membangun suasa keceriaan dan kebersamaan antar masyarakat Nagari Abai dan dengan diiringi oleh alat musik dari gendang dan talempong. Pertunjukan akan semakin meriah dengan kedatangan para penonton yang ikut menari bersama-sama hingga pertunjukan itu selesai.

Busana Adat Kesenian Batombe

Pakaian yang dikenakan oleh para peserta kesenian Batombe adalah serupa dengan pakaian silat namun memiliki motif khas di bagian lengannya. Motif tersebut disulam menggunakan benang emas. Para lelaki dalam pertunjukan ini juga mengenakan ikat kepala dan pada bagian celana dibuat menyerupai sarung dan sengaja dibuat lebih longgar pada bagian pahanya.